Terancam Oleh Doa Orang yang Dizalimi
Orang-orang yang dizalimi akan diijabah doanya, apalagi ketika ia mendoakan keburukan bagi pelaku kezaliman. Nabi Muhammad bersabda,
"Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah," (HR Bukhari dan Muslim).
Azab yang Didapatkan Orang Zalim
Mengutip buku Ensiklopedia Al-Quran dan Hadis Per Tema; Bagian 3 Jalan Menuju Keselamatan oleh Alita Aksara Media, berikut azab Allah bagi para orang zalim.
Tidak Mendapat Pertolongan di Dunia dan Akhirat
Allah SWT tidak akan pernah memberikan bantuan apapun di dunia dan akhirat kepada para penzalim. Sebagaimana ditegaskan dalam Alquran surat Hud ayat 113 yang artinya:
“Dan janganlah condong kepada orang-orang yang berbuat salah, jangan sampai kamu tersentuh oleh api, dan kamu tidak akan memiliki selain Allah pelindung apapun; maka Anda tidak akan dibantu.”
1. Dijauhi Masyarakat
Bogor (SI Online) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa sunnatullah (ketetapan Allah) akan berlaku terhadap siapapun, baik orang baik maupun yang jahat.
Bagi orang yang jahat atau zalim di dunia, sunnatullahnya orang tersebut pada akhirnya akan mendapatkan azab.
“Meski (orang zalim) mempunyai kekuasaan yang luar biasa, berbagai kekuatan ada dalam kekuasaannya seolah-olah mereka tidak akan kalah dalam hidupnya. Akan tetapi sunnatullah mengungkapkan, ketika mereka sedang dalam puncak kezaliman dan kesombongannya maka terdapat siksa yang mungkin kita tidak melihatnya. Mungkin secara pribadi, ia merasa ada penderitaan batin yang tidak tampak,” ungkap Kiai Didin dikutip Suara Islam Online, Kamis (9/9/2021) melalui kajian online di Kalam TV.
Kata Kiai Didin, sudah sunnatullah bahwa akan datang azab Allah kepada orang zalim akibat apa yang mereka lakukan.
“Mereka akan merasakan azab di dunia, apalagi di akhir kehidupannya terlebih di akhirat nanti,” ujarnya.
Jadi, kata Kiai Didin, itulah sunnatullah yang berlaku bagi umat manusia sejak zaman dahulu terhadap orang-orang zalim. “Dan tidak akan ada perubahan sunnatullah itu (tetap akan berlaku),” jelasnya.
Sementara itu, bagi orang-orang beriman yang beramal saleh akan mendapatkan ketenangan dan balasan yang baik walaupun menghadapi berbagai macam ujian dalam kehidupannya.
“Sebaliknya orang-orang zalim, durhaka dan bermaksiat kepada Allah, betapapun mereka memiliki kekuasaan, dia akan mendapatkan azab dari Allah dan kehidupannya tidak akan tenang,” tandas Kiai Didin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Zalim merupakan perbuatan yang dilarang agama. Allah SWT menunda siksaan mereka dan ajal mereka, agar mereka kian bertambah zalim dan melampaui batas.
إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ "Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan." (QS Ali Imran 178).
Hal itu mungkin ditangguhkan juga untuk memberi kesempatan kepada orang-orang zalim agar bertaubat dan kembali ke jalan Allah, yang memiliki sifat Al-Halim (Yang Mahalembut).
Atau karena orang yang terzalimi sebelumnya telah berbuat zalim kepada yang lain pada masa hidupnya, lalu kezaliman yang menimpa dirinya merupakan hukuman atas kezaliman dia sendiri pada masa lalu.
Allah SWT sungguh telah mengancam orang-orang zalim dengan mendahulukan hukuman mereka di dunia sebelum kembali ke akhirat, karena hinanya kezaliman, dan banyaknya efek buruk bagi masyarakat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
لَيْسَ شَيْءٌ أُطِيعُ اللهَ فِيهِ أَعْجَلَ ثَوَابًا مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ، وَلَيْسَ شَيْءٌ أَعْجَلَ عِقَابًا مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada sesuatu yang aku patuhi kepada Allah di dalamnya (amalan itu) lebih cepat mendapat ganjaran lebih dari menyambung tali silaturahim, dan tidak ada sesuatu yang lebih cepat hukumannya dari berbuat zalim dan memutus tali silaturahim.” (HR Baihaqy).
Oleh karena itu, balasan bagi orang zalim di dunia ini mungkin muncul pada kesimpulannya, yaitu akhir hidupnya akan sangat menyakitkan. Rasulullah SAW bersabda:
إن اللهَ ليُملي للظالمِ، حتّى إذا أخذه لم يفلتْهُ، قال: ثمّ قرأ: وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
"Sesungguhnya Allah akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zalim. Apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya." Kemudian Rasulullah membaca ayat yang berbunyi: 'Begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih dan keras.' (Qs Hud ayat 102).
Sebagaimana Allah menghinakan pelaku zalim saat di dunia, yang merasakan kepahitan hidup dan kehinaannya, Allah juga akan menyiksanya pada hari kiamat. Di antara hukuman duniawi pelaku kezaliman ialah diharamkannya dia dari keberkahan dan dihilangkannya nikmat.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Qalam yang menceritakan tentang para pemilik kebun, dan mereka pelit, mereka bertekad untuk tidak memberikan hak yang seharusnya diberikan kepada orang fakir miskin, Allah berfirman:
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ*وَلَا يَسْتَثْنُونَ*فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّن رَّبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ*فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ*فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ*أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِن كُنتُمْ صَارِمِينَ*فَانطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ*أَن لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُم مِّسْكِينٌ*وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ*فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ*بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ
"Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Makkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil) nya di pagi hari dan mereka tidak mengucapkan, "Insya Allah, " lalu kebun itu diliputi malapelaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita, lalu mereka panggil-memanggil di pagi hari, "Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.” Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan, "Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin), padahal mereka mampu (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata, "Sesungguhnya kita benar-benar orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)." (QS Al Qalam ayat 17-27).
Zalim tergolong ke dalam salah satu sifat tercela. Perbuatan zalim bahkan berdampak pada rusaknya keimanan seseorang, mendatangkan keburukan, hingga memutus tali silaturahmi.
Al Jurjani melalui kitab Mausu'ah Akhlaq Durarus Saniyyah mengemukakan bahwa asal kata zalim ialah azh zhulmu yang berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sementara itu, mengacu pada istilah Islam maka zalim didefinisikan sebagai tindakan sesuatu yang keluar dari batas-batas kebenaran.
Menukil dari buku Cahaya Abadi Muhammad SAW susunan M Fethullah Gulen, dalam sebuah hadits dikatakan pelaku kezaliman sering ditunda azabnya oleh Allah SWT. Nabi SAW bersabda,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesungguhnya Allah terus menunda azab bagi orang zalim, dan jika Dia mengazabnya, maka si zalim itu tidak akan mampu lolos darinya," Lalu Rasulullah membacakan ayat yang berbunyi, "Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras," (QS Hud: 102).
Penundaan azab itu menunjukkan bahwa ketika kezaliman telah sampai pada batasnya seperti gelas yang sudah terlalu penuh, maka sewaktu airnya tumpah tidak ada yang mampu menahannya. Dalam menjalankan alam semesta, Allah SWT memiliki hukum-hukum tertentu yang tidak pernah berubah.
Berdasarkan hukum tersebut pula orang zalim diibaratkan sebilah pedang di genggaman Allah, Nabi SAW menyatakan dalam sebuah hadits,
"Seorang zalim adalah (alat) keadilan Allah di Bumi. Allah menimpakan balasan (kepada pihak lain) dengan menggunakan dia, lalu Dia menjatuhkan balasan-Nya kepadanya,"
Lantas, apa saja azab yang akan diterima oleh para pelaku zalim?
Jauh dari Hidayah Allah SWT
Hidayah merupakan petunjuk dari Allah SWT yang diberikan kepada seluruh umatnya, kecuali bagi mereka yang zalim. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51)
Mendapat Kegelapan di Hari Kiamat Kelak
Azab lainnya yang akan diperoleh orang zalim ialah diberi kegelapan pada hari kiamat kelak. Kegelapan itu dilimpahkan langsung oleh Allah, Nabi SAW bersabda:
"Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat," (HR Bukhari dan Muslim).
Jauh dari Hidayah Allah
Pelaku zalim akan dijauhkan dari hidayah Allah. Hidayah adalah petunjuk Allah yang diberikan kepada umatnya, kecuali bagi mereka yang zalim. Melalui surat Al Maidah ayat 51, Allah berfirman:
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tattakhiżul-yahụda wan-naṣārā auliyā`, ba'ḍuhum auliyā`u ba'ḍ, wa may yatawallahum mingkum fa innahụ min-hum, innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim,"
Mendatangkan Bencana dan Malapetaka
Ketika seseorang berbuat zalim, maka kezalimannya itu dapat mendatangkan bencana dan malapetaka. Dalam surat Hajj ayat 45, Allah berfirman:
فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَٰهَا وَهِىَ ظَالِمَةٌ فَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ
Arab latin: Fa ka`ayyim ming qaryatin ahlaknāhā wa hiya ẓālimatun fa hiya khāwiyatun 'alā 'urụsyihā wa bi`rim mu'aṭṭalatiw wa qaṣrim masyīd
Artinya: "Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi,"
Eramuslim.com — Mengapa orang-orang yang berbuat zalim terkadang seolah dibiarkan Allah SWT tanpa ada balasan tunai di dunia?
Pada dasarnya, setiap kezaliman pasti akan berakhir dengan kehancuran. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (QS Ibrahim 42).
Silakan orang-orang zalim itu melakukan segala cara untuk membentengi kezalimannya, Allah SWT pastikan itu akan musnah.
Sebab, semua kezaliman tidak hanya melanggar syariatullah, tetapi juga sunnatullah. Apa pun kekuatan itu, jika melanggar ketentuan-Nya pasti akan hancur.
Masih kurang apa kekuatan Firaun pada masa itu? Ternyata berakhir dengan cara yang sangat mengenaskan. Allah menenggelamkannya di Laut Merah.
Kaum Aad dan Tsamud juga dihancurkan dengan hukuman yang pedih. KaumTsamud dihancurkan dengan thaagiah (suara yang sangat keras), sedangkan kaum Aad dihancurkan dengan badai angin yang sangat dingin dan kencang selama tujuh malam delapan hari (QS Al Haqqah:5-8). Itu pelajaran supaya tidak ada lagi setelah itu orang-orang yang berbuat zalim.
Dalam surat Al Fajr 6-14, setelah menyebutkan kaum-kaum terdahulu yang diazab, Allah SWT menggambarkan urutan mengapa azab itu menimpa mereka.
Pertama, karena melakukan penyimpangan thagha. Dari penyimpangan ini muncullah yang kedua, banyaknya kerusakan, seperti zina, korupsi, pembunuhan, dan sebagainya. Lalu terjadilah yang ketiga, yaitu turunnya azab Allah SWT, “Fashabba alaihim rabbuka sautha azaab”.
Di sini Allah SAW memastikan bahwa sekecil apa pun perbuatan zalim itu tetap dalam pantauan-Nya, “Inna rabbaka labil mirshaad”.
Artinya, orang-orang beriman yang berada dalam kebenaran optimislah selalu akan datangnya sebuah kemenangan, teruslah bersabar dalam ketaatan, lakukan ikhtiar semaksimal kemampuan, “Wal aaqibatu lilmuttaqiin.” (kemenangan kelak pasti akan berpihak kepada siapa yang benar) (QS Al Araf 128).
Suara.com - Pemimpin zalim dalam Islam merupakan seseorang yang memiliki sifat-sifat tidak adil, kejam, dan tidak berperikemanusiaan. Salah satu ciri pemimpin zalim adalah menipu rakyatnya.
Mereka sering melakukan tindakan yang tidak transparan dan tidak mengacu pada kepentingan rakyat. Pemimpin yang zalim akan menghadapi beberapa azab yang ditetapkan oleh Allah SWT, berdasarkan ajaran Islam dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah lima azab yang mengancam pemimpin zalim:
1. Azab yang Pedih di Hari Pembalasan
Pemimpin zalim akan merasakan azab yang pedih di hari pembalasan. Al-Qur'an menyatakan "Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas di bumi tanpa mengindahkan kebenaran. Mereka itu akan mendapatkan siksa yang pedih". (QS Asy Syura: 42).
2. Dijauhkan dari Surga
Pemimpin yang berbuat zalim dan tidak adil akan diharamkan masuk ke surga. Rasulullah SAW bersabda "Tidaklah seseorang diamanahi memimpin suatu kaum kemudian ia meninggal dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, maka diharamkan baginya surga". (HR Bukhari-Muslim).
Pemimpin yang menipu rakyatnya dan tidak berlaku adil akan dimasukkan ke dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda "Pemimpin mana saja yang dimintai mengurus rakyat, sementara dia menipu rakyatnya maka kelak dia dimasukkan ke dalam neraka". (HR Ahmad).
4. Dipertanggungjawabkan di Hari Kiamat
Pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya di Hari Kiamat. Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa yang menjadi pemimpin orang banyak, maka kelak di hari kiamat ia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya". (HR Bukhari).
5. Dikabulkan Doa Orang yang Dizalimi
Pemimpin zalim juga akan menghadapi doa orang yang dizalimi. Rasulullah SAW bersabda "Waspadalah terhadap do'a orang yang dizalimi. Sesungguhnya antara dia dengan Allah tidak ada tabir penyekat". (Mashabih Assunnah).
Dengan demikian, pemimpin yang zalim akan menghadapi berbagai azab yang ditetapkan oleh Allah SWT, baik di dunia fana maupun di akhirat kelak.
Zalim dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung makna kejam, tidak adil, aniaya, sewenang-wenang, bengis dan penindasan. Perbuatan tercela ini bisa muncul dari individu dan lebih banyak oleh kelompok dan penguasa. Sebab, kezaliman hanya akan ada ketika ada kekuatan. Dan kekuatan itu biasanya ada saat berkelompok atau berkuasa.
Sejarah telah membuktikan berulang kali bahwa memang kekuasaan cenderung berlaku zalim, arogan dan sewenang-wenang. Raja dan penguasa di berbagai belahan dunia, sangat identik dengan penindasan, kekejaman dan pembantaian. Raja Nambrut, Fir’aun, Abrahah, Kaisar Wu Zetian dari Tiongkok, Raja Jhon Lackland dari Inggris, Ghenghis Khan dari Mongol, Adolf Hitler dari Jerman, Benito Mussolini dari Italia, dan lain-lain yang mereka bergelimang darah dan berhutang nyawa ribuan sampai ratusan ribu anak manusia.
Perbuatan zalim adalah perbuatan yang haram secara syariat. Pelakunya berdosa besar dan terkutuk disisi Allah SWT. Perbuatan ini tidak saja Allah haramkan kepada makhlukNya. Melainkan juga Dia haramkan terhadap diriNya sendiri. Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman:
يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا.
Artinya: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR Muslim).
Karena itu, para pelaku kezaliman akan mendapatkan hukuman (balasan) yang berat di dunia apalagi di akhirat. Diantara bentuk hukuman Allah bagi mereka adalah:
Pertama, orang-orang zalim tidak akan pernah menang di dunia maupun di akhirat. Walaupun lahirnya kelihatan menang, namun batinnya mereka tidak dalam ketenangan. Walaupun kesannya sangat hebat dan digdaya, namun jiwa mereka rapuh, hatinya digerogoti penyakit. Allah berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ.
Artinya: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya (zalim) itu tidak mendapat keberuntungan.” (QS Al An’am: 21).
Kedua, orang-orang zalim tidak akan mendapatkan hidayah dan taufiq dari Allah. Maka hidupnya akan bergelimang dosa dan tenggelam dalam kesesatan. Hatinya tidak mendapatkan cahaya sehingga menjadi hitam pekat. Kalaupun ia berusaha untuk berbuat baik atau beribadah, maka itu semua hanyalah kepura-puraan dan lipstik belaka. Allah SWT telah menegaskan:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَىٰ إِلَى الْإِسْلَامِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.
Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS Ash Shaf: 7).
Ketiga, Allah menimpakan berbagai musibah kepada kaum yang zalim. Musibah itu bisa berupa kemiskinan, kekurangan harta, kehilangan anak dan keluarga, penyakit dan lain sebagainya. Bahkan musibah ini juga bisa menimpa orang-orang baik yang mendiamkan kezaliman tersebut. Allah berfirman:
فَكَاَيِّنۡ مِّنۡ قَرۡيَةٍ اَهۡلَكۡنٰهَا وَهِىَ ظَالِمَةٌ فَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوۡشِهَا وَبِئۡرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَّقَصۡرٍ مَّشِيۡدٍ.
Artinya: “Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya).” (QS Al Hajj: 45).
Keempat, mereka akan terkutuk dan terlaknat di dunia dan akhirat. Maksudnya adalah mereka dijauhkan Allah dari rahmat dan kasih sayangNya. Dan di akhirat kelak mereka sama sekali tidak akan punya penolong dan tidak akan mendapatkan syafaat. Allah berfirman:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ ٱلظَّٰلِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ ۖ وَلَهُمُ ٱللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوٓءُ ٱلدَّارِ
Artinya: “yaitu dihari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.” (QS. Al Ghaafir: 52).
Allah SWT juga berfirman:
وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْءَازِفَةِ إِذِ ٱلْقُلُوبُ لَدَى ٱلْحَنَاجِرِ كَٰظِمِينَ ۚ مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ حَمِيمٍۢ وَلَا شَفِيعٍۢ يُطَاعُ.
Artinya: “Dan berilah mereka peringatan akan hari yang semakin dekat (hari Kiamat, yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan karena menahan kesedihan. Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zalim dan tidak ada baginya seorang penolongpun yang diterima (pertolongannya).” (QS. Al Ghaafir: 18).
Kelima, diakhirat kelak orang-orang zalim tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya penyesalan dan kekecewaan. Namun apalah gunanya penyesalan disana, karena itu tidak akan menyelamatkan mereka sama sekali. Di hadapan mereka telah menanti adzab yang pedih dan siksaan yang dahsyat yang tidak tertahankan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِى ٱلْأَرْضِ لَٱفْتَدَتْ بِهِۦ ۗ وَأَسَرُّوا۟ ٱلنَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا۟ ٱلْعَذَابَ ۖ وَقُضِىَ بَيْنَهُم بِٱلْقِسْطِ ۚ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya: “Dan kalau setiap diri yang zalim (musyrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya.” (QS Yunus: 54).
فَٱلْيَوْمَ لَا يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍۢ نَّفْعًۭا وَلَا ضَرًّۭا وَنَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّتِى كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ.
Artinya: “Maka pada hari ini sebagian kamu tidak kuasa (mendatangkan) manfaat maupun (menolak) mudarat kepada se-bagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulu kamu dustakan.” (QS. Saba’: 42).
Betapa tragisnya nasib orang-orang yang zalim di dunia dan di akhirat kelak. Mereka sama sekali tak akan lolos dari hukuman Allah. Bisa jadi mereka itu diulur-ulur oleh Allah untuk kebinasaan yang hina. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُمْلِي لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ ثُمَّ قَرَأَ {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}.
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zalim. Tapi apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya.” Kemudian Rasulullah membaca ayat yang berbunyi: “Begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih dan keras.” (HR Muslim).
Sebaliknya orang-orang yang dizalimi (dianiya) akan mendapatkan perlakuan khusus oleh Allah SWT, yaitu doa-doanya tidak terhalang sama sekali kepada Allah. Termasuk kalau yang dizalimi itu orang Kafir, tetap mendapat perlakuan khusus tersebut. Rasulullah SAW bersabda:
اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ وَإِنْ كَانَ كَافِرًا فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ.
Artinya: “Hati-hatilah dari doa orang yang terzalimi, meskipun dia kafir. Karena tidak ada hijab (penghalang kepada Allah).” (HR Ahmad).
Begitulah nasib mereka yang buruk dan hina. Rata-rata mereka mati dalam keadaan mengenaskan dan suul khatimah. Namun seringkali manusia tidak mengambil pelajaran.
Allah SWT melarang berbuat zalim, akan tetapi jika kezaliman itu muncul dari seorang hamba, maka akan mendapatkan balasan di dunia maupun di akhirat. Foto ilustrasi/ist
atau dzulmun merupakan lawan dari kata adil yang diartikan secara bahasa adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, dan secara istilah adalah melakukan sesuatu yang keluar dari koridor kebenaran, baik karena kurang atau melebihi batas.
Islam melarang perbuatan zalim baik terhadap diri sendiri, orang lain, bahkan terhadap Rabb pencipta alam semesta Allah ‘azza wa jalla. Disebutkan dalam hadis qudsi:
قَالَ الله تبارك وتعالى : يا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلى نَفْسِي وَجَعَلْتُه بَينَكُمْ مُحَرَّماً فَلَا تَظَالمُوا
"Allah tabaaraka wa ta’ala berfirman : “wahai hamba-hambaKu sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman atas diriKu, dan Aku jadikan kezaliman diharamkan diantara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.”(HR Muslim)
Menurut Ustadz Faisal Abu Fatih, hadis tersebut menjelaskan bahwa Allah ‘azza wajalla mengharamkan
antara seorang hamba dengan hamba yang lainnya, bahkan terhadap Allah ‘azza wajalla kita lebih diharamkan untuk berbuat zalim kepadaNya yaitu dengan berbuat syirik kepadaNya dan ini adalah kezaliman yang sangat besar.
Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar” (QS.Luqman : 13)
Ketika Allah ‘azza wajalla mengharamkan
antara seorang hamba dengan yang lainnya, dengan tujuan agar tercipta saling menghormati dan saling menghargai diantara sesama tanpa mengenal status dan kedudukan seseorang. "Akan tetapi jika kezaliman itu muncul dari seorang hamba, maka hilanglah semua sikap tersebut dan akibatnya bagi orang yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia maupun di akhirat,"ungkap dai dari Bimbingan Islam ini.
Contoh balasan di akhirat adalah akan diqishash pada hari kiamat, disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya :
رُونَ مَا المُفْلِسُ؟ قَالُوا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لَيْسَ لَهُ دِرْهَمَ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ: إِنَّ المُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يَقْضِيَ مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya : “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”.
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda”.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa, dan zakat, tapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya, kemudian dia pun dicampakkan kedalam neraka”. (HR. Muslim)
Dan contoh balasan di dunia adalah dijauhkan dari hidayah Allah ‘azza wa jalla, Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ الله لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS.al-Maidah :51)
Sungguh masih banyak lagi contoh balasan bagi orang-orang yang berbuat zalim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi dua contoh tersebut sudah cukup menggambarkan kepada kita kalau kita benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir betapa besarnya balasan bagi orang-orang yang berbuat zalim, sehingga kita takut dan menjauhi perbuatan tersebut.
Terancam oleh Doa Orang Dizalimi
Allah SWT akan langsung mengijabah (mengabulkan) doa orang-orang yang dizalimi, termasuk jika mereka mendoakan keburukan untuk yang menzaliminya. Nabi Muhammad SAW berdoa, “Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bila Telanjur Berbuat Zalim
Ustaz Faisal Abu Fatih mengatakan, kalau sekiranya kita secara sengaja ataupun tidak pernah berbuat dzalim terhadap orang lain seperti memfitnah, menggunjing, mengadu domba ataupun yang lainnya, maka solusinya adalah segeralah meminta ampun kepada Allah ‘azza wajalla lalu meminta maaf kepada orang yang pernah kita dzalimi, karena doa orang yang terdzalimi mustajab, yaitu dikabulkan oleh Allah ‘azza wa jalla.
Maka sebagai langkah bijak dan mengikhlaskan segala yang pernah terjadi bagi orang yang pernah didzalimi adalah dengan mendoakan kebaikan untuk orang yang pernah menzaliminya bukan mendoakan keburukan, karena dengan mendoakan kebaikan, maka kebaikan tersebut tidak hanya akan diperoleh bagi orang yang berbuat dzalim tapi juga akan diperoleh bagi orang yang dizaliminya.
Oleh karena itu marilah kita memohon kepada Allah ‘azza wajalla agar kita termasuk orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan dan senantiasa menjauhi segala bentuk keburukan termasuk didalamnya perbuatan zalim.
Sering Dizalimi? Tenang, Ini 5 Azab bagi Orang Zalim di Dunia dan Akhirat
Kamis, 2 Maret 2023 - 14:03 WIB
VIVA Edukasi – Tidak berperilaku zalim kepada siapapun adalah kewajiban bagi umat muslim. Zalim adalah perbuatan yang tercela yang dapat merusak agama, menghilangkan kebaikan, dan mendatangkan keburukan, hingga dapat memutuskan tali silaturahmi.
Secara bahasa, zalim berasal dari kata azh zhulmu yang artinya meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Dalam istilah Islam, zalim berarti melakukan sesuatu yang keluar dari koridor kebenaran. Menurut Al Jurjani dalam kitab Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah, zalim juga bisa didefinisikan sebagai penggunaan hak milik orang lain tanpa seizinnya.
Dalam berbagai ayat Alquran dan hadits, Allah SWT menegaskan kemurakaannya terhadap orang yang berbuat zalim dan akan memberikan azab yang besar bagi para pelakunya. Salah satunya dalam surat Hud ayat 102 yang artinya:
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang melakukan zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu sangat pedih lagi keras.”
Azab yang Allah persembahkan kepada orang zalim tidak hanya berlaku di akhirat, namun juga di dunia. Seperti apa saja azab bagi orang zalim menurut Alquran dan hadits?